Rabu, 23 November 2011

contoh makalah pendidikan dan perilaku kesehatan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Berbicara kesehatan masyarakat tidak terlepas dari dua tokoh metologi Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Berdasarkan cerita Mitos Yunani tersebut Asclepius disebutkan sebagai seorang dokter pertama yang tampan dan pandai meskipun tidak disebutkan sekolah atau pendidikan apa yang telah ditempuhnya, tetapi diceritakan bahwa ia telah dapat mengobati penyakit dan bahkan melakukan bedah berdasarkan prosedur-prosedur tertentu dengan baik.
Menurut Winslow (1920) bahwa Kesehatan Masyarakat (Public Health) adalah Ilmu dan Seni : mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui “Usaha-usaha Pengorganisasian masyarakat “ untuk :
    1. Perbaikan sanitasi lingkungan
    2. Pemberantasan penyakit-penyakit menular
    3. Pendidikan untuk kebersihan perorangan
    4. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.
    5. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.
Dari batasan kedua di atas, dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu adanya pendidikan kesehatan agar kesehatan masyarakat dapat lebih ditingkatkan dan dilaksanakan oleh masyarakat. Oleh karena itu penulis ingin membahasnya dalam makalah ini dengan judul “PENDIDIKAN DAN PERILAKU KESEHATAN”
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan yang akan penulis buat adalah sebagai berikut:
1.      Apa saja prinsip-prinsip pendidikan kesehatan?
2.      Bagaimana ruang lingkup pendidikan kesehatan?
3.      Apa saja metode dalam pendidikan kesehatan?
4.      Apa saja alat bantu dan media yang dipakai dalam pendidikan kesehatan?
5.      Bagaimana domain perilaku kesehatan?
6.      Bagaimana perubahan-perubahan perilaku kesehatan?
7.      Apa saja bentuk-bentuk perilaku kesehatan?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas dari mata kuliah “Ilmu Kesehatan Masyarakat" dan juga sebagai referensi bagi pembaca dalam mendapatkan informasi tentang pendidikan dan perilaku kesehatan sehingga pembaca dapat memahami tentang kesehatan masyarakat yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan yang lain. Tetapi ini tidak sesuai dengan kenyataannya. Dalam program-program pelayanan kesehatan kurang melibatkan pendidikan kesehatan. Meskipun sudah melibatkan namun kurang memberikan bobot. Argument mereka adalah karena pendidikan kesehatan tidak segera dan jelas memperlihatkan hasil. Pendidikan kesehatan itu tidak segera membawa manfaat bagi masyarakat, dan yang mudah dilihat atau diukur. Pendidikan adalah merupakan “Behavioral Investment” jangkan panjang. Hasil investment pendidikan kesehatan baru dapat dilihat beberapa tahun kemudian. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil jangka menengah (intermediate impact) dari pendidikan kesehatan.

a.      Peranan Pendidikan Kesehatan
Ahli kesehatan masyarakat dalam membicarakan status kesehatan mengacu kepada H.L.Blum. Blum menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar terhadap status kesehatan. Disusul oleh perilaku mempunyai andil nomor dua. Pelayanan kesehatan, dan keturunan mempunyai andil kecil terhadap status kesehatan.
Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatar belakangi atau dipengaruhi 3 faktor pokok yakni :
1)      Faktor-faktor prediposisi (predisposing factors)
2)      Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors)
3)      Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors)
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai kesehatan. Dengan kata lain pendidikan kesehatan  adalah suatu usaha ntuk menyediakan kondisi psikologis dari sasaran agar mereka berperilaku sesuai dengan tuntutan nilai-nilai kesehatan.

b.      Konsep Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan. Konsep dasar pendidikan adalah proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Berangkat dari suatu asumsi bahwa manusia sebagai makhluk social dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai hidup didalam masyarakat selalu memerlukan bantuan orang lain yang mempunyai kelebihan (lebih dewasa, lebih pandai, lebih mampu, lebih tahu dan sebagainya). Dalam mencapai tujuan tersebut, seorang individu, kelompok atau masyarakat tidak terlepas dari kegiatan belajar.
Seseorang dapat dikatakan belajar apabila didalam dirinya terjadi perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan sesuatu.
Kegiatan belajar tiu mempunyai ciri-ciri :
1)      Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan diri pada individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar, baik actual maupun potensial
2)      Hasil belajar adalah bahwa perubahan tersebut di dapatkan karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama
3)      Perubahan itu terjadi karena usaha dan disadari bukan karena kebetulan
Bertolak dari konsep pendidikan, maka konsep pendidikan kesehatan itu juga proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan lain sebagainya.
Pendidikan didefinisikan sebagai usaha atau kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan (Prilaku) nya/mereka untuk mencapai kesehatannya/mereka secara optimal. Batasan-batasan konsep pendidikan kesehatan yang sering dijadikan acuan antara lain dari : Nyswander, Stuart, Green, tim ahli WHO dan lain sebagainya.

c.       Proses Pendidikan Kesehatan
Pokok dari pendidikan kesehatan adalah proses belajar. Kegiatan belajar terdapat tiga persalan pokok, yakni :
1.      Persoalan masukan (input)
Persoalan masukan dalam pendidikan kesehatan adalah menyangkut sasaran belajar (sasaran didik) yaitu individu, kelompok atau masyarakat yang sedang belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.
2.      Persoalan proses
Persoalan proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (prilaku) pada diri subjek belajar tersebut. Di dalam proses ini terjadi pengaruh timbale balik antara berbagai faktor, antara lain : subjek belajar, pengajar (pendidik atau fasilitator) metode dan teknik belajar, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari.
3.      Keluaran (output)
Keluaran adalah merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini ke dalam 4 kelompok besar, yakni  : Faktor materi (bahan mengajar), lingkungan, instrumental, dan subjek belajar. Faktor instrumental ini terdiri dari perangkat keras (hardware) seperti perlengkapan belajar dan alat-alat peraga, dan perangkat lunak (software) seperti fasilitator belajar, metode belajar, organisasi dan sebagainya

B.     Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi antara lain
1.      Dimensi sasaran pendidikan
Dari dimensi ini dapat di kelompokkan menjadi 3 yakni :
a.       Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
b.      Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
c.       Pendidikan kesehatan masyrakat dengan sasarn masyarakat
2.      Dimensi tempat pelaksanaan
Dapat berlangsung di berbagai tempat, misalnya:
a.       Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid
b.      Pendidikan kesehatan di rumah sakit, dilakukan di rumah sakit dengan sasaran pasien atau keluarga pasien, di Puskesmas dan sebagainya
c.       Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan
3.      Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of presentation) dari leavel and clark, sebagai berikut :
a.       Promosi kesehatan
Dalam tingkat ini pendidikan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan hygiene perorangan, dan sebagainya
b.      Perlindungan khusus (Specifik Protection)
Dalam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama dinegara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai perlindungan terhadap penyakit pada dirinya maupun pada anak-anaknya masih rendah
c.       Diagnosis dini dan pengobatan segera
Dikarenakan rendahnya pngetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dalam masyarakat.
d.      Pembatasan Cacad (Disability Limitation)
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacad atau ketidakmampuan. Oleh karena itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
e.       Rehabilitasi (rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit, seringkali seseorang tidak mau melakukan latihan-latihan untuk pemulihannya, untuk itu diperlukan pendidikan kesehatan     
  
C.    Metode Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Adanya pesan tersebut, masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dengan kata lain, dengan adanya pendidikan tersebut dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses dimana proses tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu proses pendidikan disamping masukannya sendiri juga metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat bantu / alat peraga pendidikan. Agar tercapai suatu hasil yang optimal maka faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara harmonis.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual, kelompok dan massa (public).
a)      Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja memperoleh / mendengarkan penyuluhan kesehatan. Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor yang lestari atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi maka harus didekati perorangan. Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Bentuk dari pendekatan ini, antara lain :
1.      Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling)
2.      Interview (Wawancara)
b)      Metode Pendidikan Kelompok
1)      Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok besar ini, antara lain :
1)      Ceramah
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah :
-        Persiapan
Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan :
·         Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.
·         Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound system, dan sebagainya.
-        Pelaksanaan
Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
·         Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah.
·         Suara hendaknya cukup keras dan jelas.
·         Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.
·         Berdiri di depan (di pertengahan), tidak boleh duduk.
·         Menggunakan alat-alat bantu (AVA) semaksimal mungkin.
2)      Seminar
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat. Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.

2)      Kelompok Kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang biasanya kita sebut kelompok kecil. Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara lain :
1)      Diskusi Kelompok
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan berupa pertanyaan-pertanyaan atas kasus sehubungan dengan topik yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup, pemimpin kelompok harus mengarahkan dan mengatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
2)      Curah Pendapat (Brain Storming)
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaannya pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah kemudian tiap peserta memberikan jawaban-jawaban atau tanggapan (cara pendapat).
Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh diberi komentar oleh siapa pun. baru setelah semua anggota mengeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari dan akhirnya terjadilah diskusi.
3)      Bola Salju (Snow Balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang, 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit, tiap 2 pasang bergabung menjadi 1. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4)      Kelompok Kecil-Kecil (Bruzz Group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil (buzz group) kemudian dilontarkan suatu permasalahan sama / tidak dengan kelompok lain dan masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.

5)      Memainkan Peranan (Role Play)
Dalam metode ini, beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka meragakan misalnya bagaimana interaksi / komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
6)      Permainan Simulasi (Simulation Game)
Metode ini adalah merupakan gambaran antara role play dengan diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain dan sebagian lagi berperan sebagai nama sumber.

c)      Metode Pendidikan Massa (Public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.
Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggugah awareness atau kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi, belum begitu diharapkan sampai dengan perubahan perilaku. Namun demikian bila sudah sampai berpengaruh terhadap perubahan perilaku adalah wajar.
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode ini, antara lain :
a.       Ceramah umum (public speaking)
Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, menteri kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato di hadapan massa rakyat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Safari KB juga merupakan salah satu bentuk pendekatan massa.
b.      Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada hakekatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c.       Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. Contoh "Praktek Dokter Herman Susilo" di televisi pada waktu yang lalu.
d.      Sinetron "Dokter Sartika" didalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.
e.       Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan atau penyakit juga merupakan bentuk pendekatan pendidikan kesehatan massa.
f.       Billboard yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya adalah juga bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh billboard "Ayo ke Posyandu".

D.    Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan
a.      Alat Bantu (peraga)
a)      Pengertian
Yang dimaksud alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan / pengajaran.
alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Elgar Dale membagi alat peraga tersebut menjadi 11 macam dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat tersebut dalam suatu kerucut.
Alat peraga akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesan-pesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas dan masyarakat sasaran dapat menerima pesan orang tersebut dengan dengan jelas dan tetap pula. Dengan alat peraga, orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan itu bagi kehidupan.
b)      Faedah Alat Bantu Pendidikan
Secara terperinci, faedah alat peraga antara lain sebagai berikut :
1.      Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
2.      Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3.      Membantu mengatasi hambatan bahasa.
4.      Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.
5.      Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6.      Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.
7.      Mempermudah penyampaian bahan pendidikan / informasi oleh para pendidik / pelaku pendidikan.
8.      Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan.
9.      Mendorong keinginan orang untuk mengetahui kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik.
10.  Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa.
c)      Macam-Macam Alat bantu Pendidikan
Pada garis besarnya, hanya ada 2 macam alat bantu pendidikan (alat peraga) :
1)      Alat Bantu Lihat (Visual Aids)
Alat ini berguna didalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk :
·         Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dansebagainya.
·         Alat-alat yang tidak diproyeksikan :
1)      Dua dimensi, gambar, peta, bagan, dan sebagainya.
2)      Tiga dimensi misal bola dunia, boneka, dan sebagainya.
2)      Alat-Alat Bantu Dengar (Audio Aids)
Ialah alat yang dapat membantu menstimulasi indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan / pengajaran. Misalnya piringan hitam, radio, pita suara, dan sebagainya.

3)      Alat Bantu Lihat-Dengar
Seperti televisi dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA).
Disamping pembagian tersebut, alat peraga juga dapat dibedakan menjadi 2 macam menurut pembuatannya dan penggunaannya.
·         Alat peraga yang complicated (rumit), seperti film, film strip slide dan sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor
·         Alat peraga yang sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan-bahan setempat yang mudah diperoleh, seperti bambu, karton, kaleng bekas, kertas koran, dan sebagainya. Beberapa contoh alat peraga yang sederhana yang dapat dipergunakan di berbagai tempat, misalnya :
-        Di rumah tangga seperti leaflet, model buku bergambar, benda-benda yang nyata seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan sebagainya.
-        Di kantor-kantor dan sekolah-sekolah, seperti papan tulis, flipchart, poster, leaflet, buku cerita bergambar, kotak gambar gulung, boneka dan sebagainya.
-        Di masyarakat umum, misalnya poster, spanduk, leaflet, fanel graph, boneka wayang, dan sebagainya.

Ciri-ciri alat peraga kesehatan yang sederhana antara lain :
·         Mudah dibuat
·         Bahan-bahannya dapat diperoleh dari bahan-bahan lokal
·         Mencerminkan kebiasaan, kehidupan dan kepercayaan setempat.
·         Ditulis (digambar) dengan sederhana.
·         Bahasa setempat dan mudah dimengerti oleh masyarakat.
·         Memenuhi kebutuhan-kebutuhan petugas kesehatan dan masyarakat.
d)      Sasaran yang Dicapai Alat Bantu Pendidikan
Menggunakan alat peraga harus didasari pengetahuan tentang sasaran pendidikan yang akan dicapai alat peraga tersebut.
1)      Individu atau kelompok
2)      Kategori-kategori sasaran seperti kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya.
3)      Bahasa yang mereka gunakan
4)      Adat-istiadat serta kebiasaan
5)      Minat dan perhatian
6)      Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.
Tempat memasang (menggunakan) alat-alat peraga :
1)      Didalam keluarga antara lain dalam kesempatan kunjungan rumah, waktu menolong persalinan, merawat bayi atau menolong orang sakit dan sebagainya.
2)      Di masyarakat, misalnya seperti pada waktu perayaan hari-hari besar, arisan-arisan, pengajaran, dan sebagainya; serta dipasang juga di tempat-tempat umum yang strategis.
3)      Di instansi-instansi, antara lain puskesmas, rumah sakit, kantor-kantor, sekolah-sekolah, dan sebagainya.

Alat-alat peraga tersebut sedapat mungkin dapat dipergunakan oleh :
1)      Petugas-petugas puskesmas / kesehatan
2)      Kader kesehatan
3)      Guru-guru sekolah dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya.
4)      Pamong desa.

e)      Merencanakan dan Menggunakan Alat Peraga
Sebelum mempergunakan alat peraga lain sebagai pengganti benda-benda asli, perlu ditelaah terlebih dahulu apakah penggunaan benda-benda asli memungkinkan atau tidak.Sebaliknya kalau tidak ada benda-benda asli maka dibuatlah alat peraga dari benda-benda pengganti.
Sebelum membuat alat peraga kita harus merencanakan dan memilih alat peraga yang paling tepat untuk digunakan.Untuk itu perlu diperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut:
Tujuan yang Hendak Dicapai
1)      Tujuan pendidikan. Tujuan ini dapat untuk :
-        Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep.
-        Mengubah sikap dan persepsi
-        Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru
2)      Tujuan penggunaan alat peraga
-        Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran / pendidikan
-        Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah
-        Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi
-        Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.
Perancanaan dan pemilihan alat peraga ditentukan sebagian besar oleh tujuan ini..

Persiapan Penggunaan Alat Peraga
Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus diingat bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan keterampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil yang maksimal.
Sebelum penggunaan alat peraga sebaiknya petugas mencoba terlebih dahulu alat-alat tersebut, yang masih dalam bentuk kasar sebelum diproduksi seluruhnya. Gunanya tes percobaan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana alat peraga tersebut dapat dimengerti oleh sasaran pendidikan.
Cara melakukan percobaan tersebut antara lain sebagai berikut :
1)      Merencanakan terlebih dahulu tes pendahuluan untuk suatu media yang akan diproduksi.
2)      Menentukan pokok-pokok yang akan dipesankan dalam media tersebut.
3)      Menentukan gambar-gambar pokok atau simbol-simbol yang disesuaikan dengan ciri-ciri sasaran.
4)      Memperlihatkan alat peraga / media tersebut kepada sasaran tercoba.
5)      Menanyakan kepada sasaran tercoba :
-        Apakah mereka mengalami kesukaran dalam memahami pesan-pesan, kata-kata dan gambar-gambar didalam media tersebut.
-        Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti.
-        Mencatat komentar-komentar dari sasaran tercoba.
-        perbaikan alat peraga (media) tersebut.
6)      Mendiskusikan alat yang dibuat tersebut dengan orang lain (teman-teman) atau dengan para ahli.



Cara Mempergunakan Alat Peraga
Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung pada alatnya. Menggunakan gambar sudah barang tentu lain dengan menggunakan film strip dan sebagainya. Disamping itu juga dipertimbangkan faktor sasaran pendidikannya. Untuk masyarakat yang buta huruf akan lain dengan masyarakat yang telah berpendidikan. Dan yang lebih penting lagi alat yang digunakan harus menarik sehingga menimbulkan minat para pesertanya. Pada waktu menggunakan AVA hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1)      Senyum adalah lebih baik untuk mencari simpati.
2)      Tunjukkan perhatian bahwa hal yang akan dibicarakan / diragakan itu adalah penting.
3)      Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar agar mereka tidak kehilangan kontrol dari pihak pendidik.
4)      Nada suara hendaknya ditukar-tukar agar pendengar tidak bosan dan tidak mengantuk.
5)      Ikut sertakan para peserta / pendengar, berikan kesempatan untuk memegang dan atau mencoba alat-alat tersebut.
6)      Bila perlu, berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana dan sebagainya.

b.      Media Pendidikan Kesehatan
Yang dimaksud dengan media pendidikan kesehatan pada hakekatnya adalah alat bantu pendidikan (AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3, yakni :
1)      Media cetak
2)      Media elektronik
3)      Media papan (bill board)

1)      Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain :
-        Booklet
-         Leaflet
-        Flyer (selebaran) ialah
-        Flip chart (lembar balik)
-        Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah
-        Poster
-         Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
2)      Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan, jenisnya berbeda-beda antara lain :
v  Televisi
v  Radio
v  Video
v  Slide
v  Film strip
3)      Media Papan (Billboard)
Papan (billboard) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).
E.     Domain Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3 domain (ranah / kawasan) meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.
Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari a) ranah kognitif (cognitive domain) b) ranah afektif (affective domain) c) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :
a.       Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge).
b.      Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (attitude).
c.       Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya.
Menurut Ki Hajar Dewantoro, tokoh pendidikan nasional kita, ketiga kawasan perilaku ini disebut cipta (kognisi), rasa (emosi) dan karsa (konasi). Tokoh pendidikan kita ini mengajarkan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk dan atau meningkatkan kemampuan manusia yang mencakup cipta, rasa dan karsa tersebut. Ketiga kemampuan tersebut harus dikembangkan bersama-sama secara seimbang sehingga terbentuk manusia Indonesia seutuhnya (harmonis).
a.      Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1)      Awareness (kesadaran)
2)      Interest (merasa tertarik)
3)      Evaluation (menimbang-nimbang)
4)      Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5)      Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan-tahapan tersebut diatas.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.
Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni :
1)      Tahu (Know)
2)      Memahami (Comprehension)
3)      Aplikasi (Application)
4)      Analisis (Analysis)
5)      Sintesis (Synthesis)
6)      Evaluasi (Evaluation)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

b.      Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :
"An enduring system of positive or negative evaluations, emotional feelings and pro or conection tendencies will respect to social object" (Krech et al, 1982)

"An individual's social attitude is an syndrome of respons consistency with regard to social objects." (Cambell, 1950)

"A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting derective or dynamic influence up on the individual's respons to all objects and situations with which it is related". (Allpor, 1954)

"Attitute entails an existing predisposition to respons to social abjects which in interaction with situational and other dispositional variables, guides and direct the obert behavior of the individual." (Cardno, 1955)
Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :
1)      Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2)      Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3)      Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :
1)      Menerima (Receiving)
2)      Merespons (Responding)
3)      Menghargai (Valuing)
4)      Bertanggung Jawab (Responsible)
Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah Sakit Cipto ?

c.        Praktek atau Tindakan (Practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Tingkat-Tingkat Praktek
a)      Persepsi
b)      Respon Terpimpin (Giuded Respons)
c)      Mekanisme (Mecanism)
d)     Adaptasi (Adaptation)

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.


F.     Perubahan-perubahan Perilaku
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang perubahan perilaku ini, antara lain akan diuraikan dibawah.
a.      Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari :
a)      Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
b)      Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.
c)      Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).
d)     Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).
Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini, faktor reinforcement memegang peranan penting.
b.      Teori Festinger (Dissonance Theory)
Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi sosial. Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance (tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah tidak terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance (keseimbangan).
Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat 2 elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda / bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah dissonance.
Sherwood dan Borrou merumuskan dissonance itu sebagai berikut :
Pentingnya stimulus x jumlah kognitif dissonance
Dissonance = --------------------------------------------------------
Pentingnya stimulus x jumlah kognitif consonance
Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri seseorang yang akan menyebabkan perubahan perilaku terjadi disebabkan karena adanya perbedaan jumlah elemen kognitif yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak seimbang serta sama-sama pentingnya. Hal ini akan menimbulkan konflik pada diri individu tersebut.
c.       Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
a)      Perilaku itu memiliki fungsi instrumental
b)      Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya.
c)      Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan memberikan arti.
d)     Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi.
Teori ini berkeyakinan bahwa perilaku itu mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya. Oleh sebab itu didalam kehidupan manusia, perilaku itu tampak terus-menerus dan berubah secara relatif.

d.      Teori Kurt Lewin
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu, yakni :
a)      Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat.
Kekuatan Pendorong - Meningkat

Perilaku Semula -----------------------------------------
Kekuatan Penahan
                                                                                                                                   Perilaku Baru



b)      Kekuatan-kekuatan penahan menurun.
Kekuatan Pendorong

Perilaku Semula -----------------------------------------
Kekuatan Penahan - Menurun
                                                                                     Perilaku Baru

         

c)      Kekuatan pendorong meningkat
Kekuatan Pendorong - Meningkat

Perilaku Semula -----------------------------------------
Kekuatan Penahan - Menurun
                                                                                              Perilaku Baru

G.    Bentuk Perilaku
Perilaku dapat diartikan suatu respons organism atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon ini ada 2 macam:
1.      Bentuk pasif adalah respon internal, yangtejadi di dalam diri manusia dan tidak secara langsung dapat terlihatoleh orang lain.misalnya berfikir, tanggapan atau sikap batin dan engetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tetentu, meskipun ibu tersebut tidak membawa anaknya ke Puskesmas untuk diimunisasi. Contoh lain seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua contoh tersebut mereka telah sama-sama telah mempunyai sikap yang positip untuk mendukung kegiatan tersebut meskipun mereka sendiri belum melakukannya


2.      Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung. Misalnya dari contoh diatas si ibu telah membawa anaknya ke Puskesmas atau fasilitas lain untuk imunisasi dan pada kasus kedua dia sudah mengikuti program KB
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap adalah merupakan respons seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang masih bersifat terselubung, dan disebut “covert behavior”. Sedangkan tindakan nyata seseorang sebagai respons seseorang terhadap stimulus (practice) adalah merupakan “overt behavior”




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah diatas adalah sebagai berikut:
1.      Bahwa peranan pendidikan kesehatan adalah melakukan intervensi faktor perilaku sehingga perilaku individu kelompok atau masyarakat sesuai dengan nila-nilai kesehatan
2.      Konsep pendidikan kesehatan adalah proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri menjadi mampu dan lain sebagainya.
3.      Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu kedalam 3 domain (ranah / kawasan) yaitu :
a.       Pengetahuan
b.      Sikap atau tanggapan
c.       Praktek
4.      Bentuk perilaku kesehatan
1.      Pasif artinya mengetahui namun belum melaksanakan
2.      Aktif yaitu mengetahui dan melaksanakannya serta dapat diobservasi

B.     Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa pendidikan kesehatan itu perlu untuk diteapkan dalam masyarakat Indonesia. Dengan adanya pendidikan kesehatan masyarakat Indonesia dapat bertindak sesuai dengan ketentuan dalam kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit yang membahayakan diri sendiri.
Meskipun hasilnya akan terlihat dalam beberapa tahun kedepan, namun pendidikan ini baik adanya untuk membantu masyarakat Indonesia terlepas dari serangan penyakit serta terhindar dari tindakan pencegahan yang membahayakan.

1 komentar: